Jakarta, 3 Mei 2025 — Sosok Sarah Aurelia Saragih, Puteri Indonesia Riau 2025* , kini menjadi simbol semangat baru bagi perwakilan daerah di ajang nasional. Tak hanya berhasil menembus *Top 16 Puteri Indonesia 2025* setelah 19 tahun Riau absen dari barisan finalis, Sarah juga menyuarakan semangat kolektif: bahwa perempuan dan komunitas dari daerah punya ruang yang sah untuk bersinar — dan harus didukung.
“Selama ini, banyak yang masih menganggap bahwa perwakilan dari daerah kecil seperti Riau hanya pelengkap di panggung nasional. Saya ingin ubah persepsi itu. Kita punya potensi besar, dan yang kita butuhkan hanyalah ruang yang adil untuk menunjukkannya,” tegas Sarah.
Sarah tak datang dari dunia glamor, melainkan dari praktik keseharian sebagai psikolog anak dan remaja. Ia membawa pengalaman nyata dari komunitas, nilai-nilai lokal, serta keberanian untuk membawa perspektif baru yang menyentuh akar persoalan masyarakat. Dengan membawa misi inklusivitas dan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus, Sarah membuktikan bahwa representasi dari daerah bisa hadir dengan substansi dan misi sosial yang kuat.
Keberhasilannya meraih Juara Motion Challenge dan mendapatkan beasiswa S2 dari FISIP Universitas Nasional, semakin memperkuat narasi bahwa perempuan daerah mampu bersaing secara intelektual dan sosial. Lebih dari itu, Sarah ingin kehadirannya di panggung nasional menjadi pemantik semangat bagi perempuan dan komunitas lokal lainnya untuk ikut mengambil ruang.
“Ini bukan hanya tentang saya. Ini tentang kita semua. Saya ingin perempuan muda di Riau — dan di seluruh pelosok Indonesia — tahu bahwa mereka tak perlu menunggu izin untuk berani bermimpi. Kita bisa mulai dari komunitas sendiri, dari hal-hal kecil, tapi dengan niat besar,” ujar Sarah.
Dalam setiap kesempatan, Sarah aktif membagikan pengalamannya bukan untuk pamer, tetapi untuk menginspirasi dan membangun solidaritas perempuan antar-daerah. Ia percaya bahwa perubahan akan terjadi jika perempuan berhenti bersaing secara sempit dan mulai saling mengangkat satu sama lain.
“Mimpi besar tidak eksklusif milik kota besar. Saya percaya, semakin banyak perempuan dari daerah yang didorong untuk tampil, maka wajah Indonesia akan semakin utuh dan beragam,” tambahnya.
Setelah kompetisi ini, Sarah berencana membentuk forum pembinaan lokal bagi calon-calon perwakilan daerah ke ajang nasional, sekaligus mendorong pemerintah daerah dan komunitas agar lebih aktif memberi dukungan dan pembekalan bagi generasi muda, khususnya perempuan.
Selain melanjutkan program advokasi untuk inklusivitas anak berkebutuhan khusus, ia juga siap menjadi bagian dari YSEALI Professional Fellowship di Amerika Serikat, membawa suara dari akar rumput Indonesia ke panggung global.
“Jangan anggap remeh suara dari pinggiran. Di sanalah sering kali suara paling jujur dan paling tulus berasal. Dan saya akan terus memperjuangkan agar suara-suara itu tidak lagi tenggelam,” tutup Sarah.